Rabu, 15 September 2010

Disfungsi Seksual


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah.
Fungsi seksual merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam kehidupan perkawinan selain berbagai faktor – faktor lain seperti perasaan cinta,toleransi, pendidikan, budaya,kekeluargaan, moral, serta penghayatan agama. Menurut beberapa pengamatan, ternyata seksualitas juga mempengaruhi fungsi – fungsi lain yang kemudian dapat mempengaruhi pula kualitas hidup pasangan suami – istri.
Dalam perkawinan, fungsi seksual mempunyai beberapa peran, yaitu sebagai saran untuk reproduksi (memperoleh keturunan), sebagai saran untuk memperoleh kesenangan atau rekreasi,serta merupakan pengekspresian rasa cinta dan sebagai sarana komunikasi yang penting bagi pasangan suami – istri. Bila ada ketidakserasian atau problem dalam fungsi tersebut, kehidupan perkawinan akan terpengaruh. Hal tersebut dapat dicontohkan persepsi seorang suami maupun istri berbeda sehingga menimbulkan berbagai masalah. Misalnya pertengkaran, ketidak cocokan dalam berhubungan intim, salah pengertian dan berbagai masalah lainnya.
Belakangan ini masalah yang sedang banyak dihadapi oleh pasangan suami – istri , salah satunya adalah Disfungsi Seksual lebih sering didiskusikan, baik dalam forum ilmiah maupaun non ilmiah. Pada perempuan, disfungsi seksual kini lebih banyak dibahas dan lebih muncul kepermukaan, juga di Indonesia ; sedangkan pada pria hal ini telah diteliti dan sejak lama sebelumnya. Hal ini mungkin berkaitan dengan ciri dan sifat yang berbeda antara perempuan dan laki – laki, baik dari aspek biologik, psikologik maupun sosial dan budaya.
Selain itu dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah wanita yang mengalami disfungsi seksual lebih besar dibanding pria. Bahkan berdasarkan survei yang dilakukan oleh The American Medical Association beberapa tahun lalu menunjukkan, 43 % wanita berusia 19 – 15 tahun mengalami disfungsi seksual dalam berbagai tingkatan.
Di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih besar dari pada itu. Kondisi ini kian diperparah dengan adanya kepercayaan dimasyarakat bahwa tugas istri adalah melayani dan memuaskan suami. Tak peduli bisda menikmati seks atau tidak.
Pada tahun 2000, Klinik Edelweis pernah meneliti 506 wanita yang usianya rayta – rata 40 tahun. Dari penelotian tersebut didapatkan hasil bahwa dari 506 yang mengalami libido sebanyak 86 % ( 435 orang ), masalah orgasme 157 orang, masalah arousal 54 orang, dan masalah dipareunia 54 orang.
Yang mengagetkan, meskipun kehidupan seksualnya bermasalah, sebanyak 429 wanita dari 506 wanita yang diteliti mengatakan dapat menerima dan menjalani kehidupan seksualnya. Dan yang lebih mengagetkan lagi, meskipun bermasalah, hany 67 wanita saja yang mau mencari solusi pengobatan tentang kehidupan seksualnya.
Hal tersebutlah yang menjadikan alasan bagi saya sebagai penulis makalah ini, mengangkat masalah tersebut menjadi topik yang akan dibahas pada mata kuliah Seminar Biologi. Disfungsi seksual secara umum pengertiannya adalah ketidak mampuan untuk menikmati secara penuh hubungan seks. Masalah disfungsi seksual ini bukan hanya terjadi dinegara Indonesia saja, melainkan diberbagai belahan dunia lain seperti belahan bumi Barat, Selatan, dan Utara. Baiklah untuk mengetahui lebih lanjut, marilah kita sama – sama membaca, memahami, dan mengupas masalah tersebut pada makalah ini.

BAB II
PERMASALAHAN
Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang dapat pemakalah ambil dari latar belakang, diantaranya adalah :

1. Apakah dampak dari Disfungsi Seksual pada Perempuan ?
2. Bagaimanakah cara mengatasi Disfungsi Seksual pada Perempuan ?




BAB III
PEMBAHASAN


3.1 Dampak Disfungsi Seksual pada Perempuan

Menurut gejala klinisnya, sesuai dengan fase – fase respon seksual yang normal maka dampak dari disfungsi seksual pada perempuan dapat dibagi atas :
1. Gangguan Gairah ( Anti Seks )
2. Gangguan Perangsangan ( Gannguan Arousal / Lubrikasi )
3. Gangguan Orgasme ( Tidak Klimaks )
4. Gangguan Nyeri Seksual.

3.1.1 Gangguan Gairah ( Antiseks )

Yaitu berkurang atau hilangnya pikiran, khayalan tentang seks dan minat untuk melakukan hubungan seks, atau takut dan menghindari hubungan seks yang menimbulkan perasaan tertekan atau stres pada perempuan yang mengalami hal tersebut. Gangguan dorongan seks ini ada dua macam, yakni : Dorongan seksual hipoaktif dan gangguan aversi seksual. Dorongan seksual hipoaktif yaitu tidak adanya nafsu seksual pada perempuan, sedangkan gangguan aversi seksual, terjadi bila seorang perempuan tidak senang dengan semua bentuk aktifitas seksual.

3.1.2 Gangguan Perangsangan ( Gangguan Arousal / Lubrikasi )

Yaitu ketidak mampuan untuk mencapai atau mempertahankan kenikmatan seksual secara subjektif, yang ditandai dengan berkurangnya cairan atau lendir pada vagina atau berkurangnya sensasi setelah terjadinya perangsangan sehingga menyebabkan perempuan yang mengalami merasa stres dan tertekan. Hal ini sering juga disebut – sebut sebagai hubungan tanpa reaksi. Kalau organ tubuh seorang perempuan tidak menunjukkan reaksi apapun meskipun sedang terangsang perempuan iti menderita gangguan bangkitan seksual. Misalnya, vagina tetap kering meskipun sedang terangsang.

3.1.3 Gangguan Orgasme ( Tidak Klimaks )

Yaitu sulit atau tidak mencapai orgasme, walaupun telah ada rangsangan seksual yang cukup dan telah mencapai fase arousal, sehingga menimbulkan perasaan stres. Dari semua gangguan seksual yang ada, yang paling banyak dialami perempuan adalah disfungsi orgasme ( tidak klimaks ).Walaupun telah melakukan senggama dengan pasangannya dan pada akhirnya tidak merasakan kenikmatan seksual.

3.1.4 Gangguan Nyeri Seksual

Gangguan ini dirasakan berupa rasa sakit atau nyeri pada perempuan, gangguan ini terdiri atas :

3.1.4.1 Dispareunia

3.1.4.2 Vaginismus

3.1.4.3 Gangguan nyeri lainnya


3.2 Berbagai Cara Mengatasi Disfungsi Seksual

Cara mengatasi disfungsi seksual berkaitan dengan :


1. farmakoterapi ( obat – obatan )
2. operasi
3. psikoterapi
4. terapi seks
5. latihan komunikasi

3.2.1 Farmakoterapi

Obat yang diberikan tergantung dari penyebab disfungsi seksualnya, apakah faktor biologis atau psikologisnya. Bila penyebabnya adala faktor Biologis seperti gangguan aliran darah pada diabetes maka diberikan dahulu obat untuk mengatasi kondisi fisiknya.Bila penyebabnya adalah adalah psikologi, misalnya ketegangan yang sangat berat pada perempuan dengan vaginismus dipertimbangkan pemberian obat anti cemas dalam jangka pendek. Obat-obat tersebut ada yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan alami, seperti Ganoderma lucidum, Ginseng, Corynanthe hohimbe, Ptychopetalumolcoides, dan lain-lain.


3.2.2 Operasi

Hal ini dilakukan hanya bila penyebabnya adalah faktor organik yang hanya dapat disembuhkan denagn operasi, misalnya terdapatnya tumor pada leher rahim.

3.2.3 Psikoterapi

Merupakan pengobatan yang dilakukan dengan cara - cara psikologi. Psikoterapi dilakukan kepada perempuan secara individual atau bersama pasangannya ( couple therapy )..Psikoterapi individual yang diberikan tergantung dari tipe kepribadian perempuan yamg mengalami jenis disfungsi seksualnya atas pilihan dokter yang menanganinya.

3.2.4 Terapi Seks

Tujuannya adalah dicapainya rasa nyaman dan puas dalam melakukan hubungan seksual pada pasangan suami – istri. Terapi seks ini terbagi atas :
1. sensate fokus
2. edukasi
3. Stimulus control
4. cognitive restructuring
5. latihan komunikasi

3.2.4.1 Sensate Fokus

Prinsipnya membantu perempuan dan pasangannya mengembangkan kesadaran akan dan berfokus pada sensasi dan tidak pada keberhasilan. Prosedurnya yaitu perempuan dan pasangan diminta untuk saling melakukan perangsangan baik fisik maupun emosi secara bertahap dengan cara yang santai dan nyaman bagi keduanya.

3.2.4.2 Edukasi

Merupakan pemberian informasi yang dilakukan antara lain mengenai anatomi dan fisiologi organ seksual, tentang fungsi seksual dalam perkawinan juga melakukan koreksi – koreksi terhadap mitos – mitos yang tidak ilmiah.

3.2.4.3 Stimulus Control

Yaitu upaya untuk mempersiapkan atau menyediakan lingkungan yang nyaman, santai dan bersifat erotis yang kondusif untuk pengekspresian seks dan menimilisasi gangguan dari lingkungan atau hal – hal yang terkait.


3.2.4.4 Cognitive Restructuring

1. Membantu untuk mengubah pandangan dan perilaku negatif
2. Menurunkan pikiran – pikiran yang mempengaruhi. Contoh ada seorang perempuan mengalami perasaan dan keyakinan bahwa laki – laki tersebut tidak dapat dipercaya, sehingga sulit menerima suaminya sebagai pasangan seksual.

3.2.4.5 Latihan Komunikasi

Problem komunikasi yang sering muncul antara lain :


1. Penyimpangan arah yaitu pasangan masing – masing sering mendiskusikan suatu problem.
2. Pasangan menerka sendirimaksud dari pernyataan istri atau suaminya ( tanpa melakukan konfirmasi dengan bertanya akan kebenaranna ), karana mereka mengira bahwa mereka memahami pasangannya dengan baik padahal sebetulnya belum atau bahkan tidak.
3. Istri atau suami mendengarkan pasangannya namun tetap berpikir bahwa pasangannya itulah yang salah, dan dia sendirilah yang benar.
4. Pasangan cenderung mengulang argumentasinya berulang kali tanpa ada kemajuan atau pemecahan.

Problem – problem tersebut dibahas dalam terapi dan diupayakan diselesaikan secara bertahap.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN 1. Dampak dari Disfungsi Seksual pada perempuan adalah :


a.

b. Gangguan Perangsangan ( Gangguan Arousal / Lubrikasi )

c. Gangguan Orgasme ( Tidak Klimaks )
, yaitu sulit atau tidak mencapai orgasme, walaupun telah ada rangsangan seksual yang cukup dan telah mencapai fase arousal, sehingga menimbulkan perasaan stres., yaitu ketidak mampuan untuk mencapai atau mempertahankan kenikmatan seksual secara subjektif, yang ditandai dengan berkurangnya cairan atau lendir pada vagina Gangguan Gairah ( Antiseks ), yaitu berkurang atau hilangnya pikiran, khayalan tentang seks dan minat untuk melakukan hubungan seks, atau takut dan menghindari hubungan seks yang menimbulkan perasaan tertekan atau stres pada perempuan yang mengalami hal tersebut

d. Gangguan Nyeri Seksual.

4. Berbagai cara pengobatan disfungsi seksual adalah:


a. Farmakoterapi
, dengan cara obat – obatan.

b. Operasi


c. Psikoterapi
, adalah pengobatan yang dilakukan dengan cara – cara psikologik.

d. Terapi Seks


e. Latihan komunikasi

4.2. SARAN


1. Bagi pasangan suami-istri diharapakan dalam melaksanakan hubungan seksual dalam keadaan yang normal dari segi kesehatan dan tidak memaksakan kehendak kepada pasangannya masing – masing.
2. Bagi pasangan suami istri bila mengalami suatu penyakit yang berhubungan dengan alat kelamin seperti disfungsi seksual, khususnya pada perempuan maka dianjurkan untuk memeriksa, mengobati ( menghubungi dokter spesialis ) agar tidak menjalar kebagian tubuh yang lain, yang bertujuan agar dicapainya rasa nyaman dan puas dalam melakukan hubungan.,dilakukan hanya bila penyebabnya adalah faktor organik., yaitu rasa nyeri pada vagina bukan karena hubungan seks, misalnya karena infeksi pada vagina. yaitu terjadinya kontraksi atau kejang otot – otot vagina sepertiga bawah yang tidak dapat dikuasai, terutama disebabkan oleh rasa takut, sakit yang berlebihan sehingga selama senggama sehingga penis sulit masuk kedalam vagina. Tak heran jika penderita gangguan vaginismus ini kala berhubungan intim kerap merasa diperkosa. yaitu merasakan nyeri pada saat melakukan senggama. Nyeri ini dapat dialami pada sat terjadinya penetrasi yaitu masuknya penis ( alat kelamin pria ) kedalam vagina atau selama berlangsungnya hubungan seks, serta juga dapat dirasakan hingga hubungan seks usai. Penyebabnya karena kurangnya cairan vagina, infeksi sekitar genital, dan alwergi pada kulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar