Sabtu, 04 September 2010

Flora dan Fauna

Perlindungan Flora dan Fauna di Indonesia
A.    Flora yang dilindungi di Indonesia
1.    Padma Raksasa (Raflesia arnoldi)













Rafflesia arnoldi, dikenal sebagai Patma raksasa (Rafflesia arnoldi) yang merupakan tumbuhan parasit obligat, yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan).
Taman Nasional Kerinci-Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat.
Bunga ini merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrasigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Presentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.
Daerah asal dari bunga Padma Raksasa adalah Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan).
Karena keistimewaannya itu, maka bunga Rafflesia arnoldi dijadikan sebagai maskot nasional atau bunga yang menjadi identitas dan ciri khas suatu bangsa, sehingga Pada Hari Lingkungan Hidup Tahun 1990 Presiden secara resmi menetapkan Rafflesia arnoldi sebagai Puspa Langka dan dilindungi, dirawat oleh negara. 
2.    Suweg Raksasa (Amorphophallus titanium)













Berbeda dengan Bunga Bangkai adalah jenis Amorphophallus titanium. Bunga ini memberi pesona tersendiri karena disamping keindahan juga pertumbuhannya yang tinggi dan besar. Itulah sebabnya disebut juga dengan Suweg Raksasa.
Bunga ini muncul dari dalam tanah berasal dari umbi tumbuhan yang telah hilang pada akhir masa pertumbuhannya. Dalam masa perkembangan, bunga atau kembang sangat tergantung pada umbi yang ada di dalam tanah.
Bunga ini terdiri dari: tangkai bunga, kelopak atau selundang dan bongkol berbentuk tugu ditengah-tengah kelopak bunga.
Perkembangan bunga yang dimulai sejak berbentuk kuncup hingga menjadi kayu diperkirakan kurang lebih 2 bulan. Bunga bangkai yang tumbuh, memiliki siklus dari mulai kuncup hingga mekar jauh lebih cepat sekitar 22 hari dan waktu tercepat pada saat kelopak bunga layu hanya sekitar 24 jam.
Banyak orang mengidentikannya dengan bunga bangkai yang satu lagi yaitu Rafflesia arnoldi bunga terbesar di dunia (padma raksasa).
Pada hal keduanya memiliki perbedaan yang sangat prinsipil.
Persamaan yang paling menonjol diantara kedua kembang ini terletak pada bau atau aroma yang disebarkan.
Sedangkan perbedaannya meliputi :
* Dalam hal bentuk, dimana Rafflesia arnoldi berbentuk bundar melebar sedangkan Amorphophallus titanum berbentuk kerucut seperti agung yang masih berbalut;
* Bianga Arorphophallus titanum adalah umbi yang tertanam di dalam tanah. Sedangkan Rafflesia arnoldi merupakan parasit yang tumbuh pada akar-akar liana dan yang menyebarkannya terutama adalah babi hutan yang tidak sengaja melukai akar liana dengan injakan. Pada injakan bekas kuku babi hutan itulah spora rafflesia tersimpan dan menemukan tempat yang cocok untuk tumbuh.
Sama halnya seperti Bunga Rafflesia arnoldi, daerah asal dari Amorphophallus titanium adalah tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan).
Karena keistimewaannya itu, maka bunga Amorphophallus titanium dijadikan sebagai maskot nasional atau bunga yang menjadi identitas dan ciri khas suatu bangsa  sehingga dilindungi dan dirawat oleh negara. 
3.    Pohon Kemenyan (Styrax benzoin)














Kemenyan (Styrax benzoin) berasal dari daerah Tapanuli Utara-Sumatera Utara. Produksi kemenyan (nama botaninya Styrax benzoin Dryand), baik secara kuantitas maupun kualitas masih rendah. Hal ini diakibatkan kurangnya minat petani dan sistem pengelolaan yang masih tradisional. Padahal, jika ditinjau dari segi banyaknya  manfaat, komoditi ini layak dilirik untuk dikembangkan. Aromanya sangat spesifik, dan kegunaannya tidak hanya sekedar dipakai dalam ritual beberapa suku tertentu saja.
Di lingkungan masyarakat suku Jawa, sering menjadi pengharum rokok kretek. Disebut ‘kelembak menyan’, sedangkan di sektor industri, dipergunakan sebagai bahan baku kosmetika dan bahan pengikat parfum, agar keharumannya tidak cepat hilang. Juga, berguna sebagai bahan pengawet serta bahan baku farmasi/obat-obatan.

4.     Pohon Kemiri (Aleurities moluccana)














 Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:    Plantae

Divisi:    Magnoliophyta

Kelas:    Magnoliopsida

Ordo:    Malpighiales

Famili:    Euphorbiaceae

Genus:    Aleurites

Spesies:    A. moluccana

Nama binomial

Aleurites moluccana
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat dan dikenal sebagai tung oil.
Tanaman ini sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai sekitar 15-25 meter. Daunnya berwarna hijau pucat. Kacangnya memiliki diameter sekitar 4–6 cm; Biji yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lilin.
Tanaman kemiri sudah cukup lama berkembang dan ditanam di beberapa wilayah Indonesia, umumnya kemiri dibudidayakan secara tradisional dan memanfaatkan isi biji kemiri sebagai pelengkap bumbu dapur. Konon kabarnya tanaman kemiri juga dapat dikembangkan untuk tanaman industri yang digunakan sebagai bahan baku dasar cat, pernis, tinta, sabun, pengawet kayu, minyak rambut, bahan ampuran batik dan memanfaatkan kayu kemiri untuk pulp. Selain untuk keperluan industri tanaman kemiri juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang igunakan untuk pengobatan kulit, obat pinggang, sakit kepala, demam, bisul disentri dansariawan.
Kemiri ( Aleurites moluccana Wild ) dikenal dengan nama lain candle nut, merupakan salah satu tanaman industri dari famili Euphorbiceae. Dari tahun ke tahun tanaman kemiri terus mengalami peningkatan perluasan areal seiring pemanfaatan tanaman kemiri bukan lagi hanya sebagai penghasil bumbu dapur tapi dapat juga digunakan untuk keperluan industri dan tanaman obat. Beberapa tahun yang lalu Indonesia sempat melakukan eksport kemiri ke negara Singapura, Malaysia, Netherlands dan Saudi Arabia. Tanaman kemiri berkembang di seluruh wilayah Indonesia yang dikenal dengan berbagai macam nama sesuai daerah penanaman kemiri. Tanaman kemiri menyebar di beberapa daerah dengan sebaran daerah terbanyak penanaman kemiri berada dipropinsi Nusa Tenggara Timur. Sulawesi Selatan, Aceh dan Sumatra Utara. Budidaya tanaman kemiri umumnya dikelola oleh petani dengan teknologi budidaya yang belum dikembangkan secara perkebunan.
5. Durian (Durio zibethinus)














Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara khususnya di Indonesia, walaupun buahnya banyak memiliki duri tetapi orang banyak berminat untuk memakan buahnya. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit), dan durian adalah buah yang kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain muak dengan aromanya.
Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian bukanlah spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga Durio.[1] Namun demikian, yang dimaksud dengan durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah Durio zibethinus. Jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala ditemukan di pasar tempatan di Asia Tenggara di antaranya adalah lai (D. kutejensis), kerantungan (D. oxleyanus), durian kura-kura atau kekura (D. graveolens), serta lahung (D. dulcis). Untuk selanjutnya, uraian di bawah ini mengacu kepada D. zibethinus.

B.    Fauna yang dilindungi di Indonesia
1.    Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
















Hewan ini sangat mudah dikenali di dunia angkasa, yang selalu terbang tinggi di angkasa. Karena terbang tingginya, hewan ini dapat menjangkau daerah-daerah yang jauh. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) berasal dari Pulau Jawa dan sekarang ini telah banyak dikembangbiakkan di daerah lain, seperti Sumatera, Sulawesi, dan Bali.
Elang dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar, memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar, paruh yang besar dan tajam, serta kuku yang kuat. Elang juga memiliki penglihatan tajam untuk melihat mangsa dari jarak yang jauh. Dengan kemampuan seperti ini, elang menempatkan dirinya berada di puncak rantai makanan pada ekosistem dimana dia berada.
Semua burung memiliki paruh-paruh atas dan paruh bawah, tidak terkecuali pada Burung Elang (Spizaetus bartelsi) yang memiliki paruh yang sangat kuat. Bentuk paruh tergantung pada makanan burung yang bersangkutan. Kita dapat mengetahui makanan burung dengan cara melihat paruhnya. Elang (Spizaetus bartelsi) merupakan burung pemangsa yang memiliki paruh bagian atas bebrbentuk pengait yang kuat untuk menyobek daging mangsanya.
Kebanyakan elang merupakan penghuni dunia lama. Seluruh jenis elang termasuk ke dalam ordo Falconiformes (atau Accitriformes, menurut skema klasifikasi alternatif). Hampir seluruh Falconiformes pemakan daging (karnivora). Elang memiliki rentang umur yang panjang, dan laju reproduksi yang rendah. Seluruh elang berpasangan secara monogami.
 Struktur rangka dan otot elang yang unik membuat burung ini memiliki kemampuan terbang jarak jauh, elang Steppe mampu menempuh jarak sejauh 4000 mil dari kawasan Asia tengah hingga ke kawasan Afrika. Tulang pada burung elang (dan burung-burung besar seperti Albatros atau Vulture) memiliki sifat pneumatic (rangka memiliki rongga yang dipenuhi oleh udara). Selain sifat tulang, kemampuan terbang jarak jauh juga ditunjang oleh modifikasi otot dan sayap. Berat otot pada burung elang terletak pada pusat gravitasinya, sayap berukuran besar dan lebar untuk memudahkan aliran udara menaikkan tubuhnya. Sifat tulang, berat otot, dan ukuran sayap yang unik ini membuat elang dengan bobot 7 Kg menjadi seringan bulu ketika terbang.
Selain itu juga dapat membuat elang mampu terbang tanpa mengepakkan sayapnya. Kita dapat lihat ketika elang soaring di udara, sayapnya terbentang dengan lebar tanpa dikepakkan. Sayap dikepakkan biasanya untuk menambah kecepatan terbang, terutama ketika berburu mangsa.
Oleh karena bentuk morfologinya sangat unik dan kuat, sering kali hewan ini dijadikan sebagai pertanda seorang tokoh yang kuat dan tidak terkalahkan di dunia angkasa. Tetapi alangkah malangnya burung ini sedang dalam keadaan terancam punah karena para pemburu yang liar dan kejam.
Maka, untuk mengurangi perburuan liar baik Elang maupun hewan yang lain, Pemerintah Indonesia memiliki banyak kawasan yang dilindungi dalam bentuk suaka alam. Kawasan suaka alam diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa hutan suaka alam mencakup kawasan hutan yang  karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus bagi perlindungan alam hayati dan manfaat-manfaat lainnya. Kawasan tersebut terdiri atas Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa.

2.     Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica)
















Harimau dikenal sebagai kucing terbesar, harimau pada dasarnya mirip dengan singa ukurannya, walaupun sedikit lebih berat. Beda subspesies harimau memiliki karakteristik yang berbeda juga, pada umumnya harimau jantan memiliki berat antara 180 dan 320 kg dan betina berbobot antara 120 dan 180 kg. Panjang jantan antara 2,6 dan 3,3 meter, sedangkan betina antara 2,3 dan 2,75 meter. Di antara subspesies yang masih hidup, Harimau Sumatra adalah yang paling kecil dan Harimau Siberia yang paling besar.
Loreng pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam. Bentuk dan kepadatan lorengnya berbeda-beda subspesies satu dengan yang lain, tapi hampir semua harimau memiliki lebih dari 100 loreng. Harimau Jawa yang sekarang sudah punah kemungkinan memiliki loreng yang lebih banyak lagi. Pola loreng unik setiap harimau, dan dapat digunakan untuk membedakan satu sama lain, mirip dengan fungsi cap jari yang digunakan untuk mengindentifikasi orang. Ini bukan, bagaimanapun juga, metode pengidentifikasian yang disarankan, terkait kesulitan untuk merekam pola loreng pada harimau liar. Sepertinya fungsi loreng adalah untuk kamuflase, untuk menyembunyikan mereka dari mangsanya.
Harimau Jawa adalah jenis harimau yang hidup di pulau Jawa. Harimau ini dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Walaupun begitu, ada juga kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah di tahun 1972. Di tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di pulau Jawa. Walaupun begitu, ada kemungkinan kecil binatang ini belum punah.
3. Buaya Air Tawar (Crocodylus sianensis)
   












Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Maka dari itu biasanya Buaya berasal dari daerah yang banyak memiliki kapasitas perairan air tawar, payau dan muaranya seperti Pulau Sumatera Utara .
Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
Buaya memiliki rahang mematikan dan panjang yang digunakan untuk menagkap mangsa, namun dengan rahang itu pula mereka membawa bayi-bayi buaya dengan sangat lembut. Semua jenis buaya adalah pemburu yang kuat dan dapat berburu di darat maupun di dalam air dengan sama baiknya.
Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya (Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.; bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain.
Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.

4. Banteng (Bos javanicus)













Tembadau atau banteng (dari bahasa Jawa, banthèng), Bos javanicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, and Bali. Banteng dibawa ke Australia Utara pada masa kolonisasi Britania pada 1849 dan sampai sekarang masih lestari.
Terdapat tiga anak jenis banteng liar: B. javanicus javanicus (di Jawa, Madura, dan Bali), B. javanicus lowi (di Kalimantan, jantannya berwarna coklat bukan hitam), dan B. javanicus birmanicus (di Indocina). Anak jenis yang terakhir digolongkan sebagai Terancam oleh IUCN.
Banteng dapat mencapai tinggi sekitar 1,6m di bagian pundaknya dan panjang badan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya sekitar 680 - 810 kg — jantan yang sangat besar bisa mencapai berat satu ton — sedangkan betinanya lebih ringan. Banteng memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah, punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit dimorfisme seksual pada ciri-ciri tersebut. Banteng jantan memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap, tanduk panjang melengkung ke atas, dan punuk di bagian pundak. Sementara, betinanya memiliki kulit coklat kemerahan, tanduk pendek yang mengarah ke dalam dan tidak berpunuk.
 
5. Anoa (Anoa depressiocornis) / (Bubalus depressicornis)
Anoa adalah hewan khas Sulawesi Tenggara. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip dengan rusa dan memiliki berat 150-300 kg. Anak anoa akan dilahirkan sekali setahun.
Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Anoa secara umum berbentuk menyerupai kerbau dengan tubuh berwarna coklat kehitam-hitaman. 
Anoa hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa dan apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya. Habitatnya di hutan tropika dataran, savanna, kadang-kadang dijumpai di rawa-rawa dan di wilayah Sulawesi bagian Utara.
Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.

Macam/Jenis Perlindungan Flora Dan Fauna /Hewan Dan Tumbuhan – Metode Pelestarian Alam
Flora dan fauna adalah kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan sangat berguna bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya di bumi. Untuk melindungi binatang dan tanaman yang dirasa perlu dilindungi dari kerusakan maupun kepunahan, dapat dilakukan beberapa macam upaya manusia dengan Undang-Undang, yaitu seperti :
1. Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada hewan/binatang yang hampir punah. Contoh : harimau, komodo, tapir, orangutan, dan lain sebagainya.
2. Cagar Alam
Pengertian/definisi cagar alam adalah suatu tempat yang dilindungi baik dari segi tanaman maupun binatang yang hidup di dalamnya yang nantinya dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan di masa kini dan masa mendatang. Contoh : cagar alam ujung kulon, cagar alam way kambas, dsb.
3. Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada hutan agar tetap terjaga dari kerusakan. Contoh : hutan lindung, hutan wisata, hutan buru, dan lain sebagainya.
4. Taman Nasional
Taman nasional adalah perlindungan yang diberikan kepada suatu daerah yang luas yang meliputi sarana dan prasarana pariwisata di dalamnya. Taman nasional lorentz, taman nasional komodo, taman nasional gunung leuser, dll.
5. Taman Laut
Taman laut adalah suatu laut yang dilindungi oleh undang-undang sebagai teknik upaya untuk melindungi kelestariannya dengan bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, dsb. Contoh : Taman laut bunaken, taman laut taka bonerate, taman laut selat pantar, taman laut togean, dan banyak lagi contoh lainnya.
6. Kebun Binatang / Kebun Raya
Kebun raya atau kebun binatang yaitu adalah suatu perlindungan lokasi yang dijadikan sebagai tempat obyek penelitian atau objek wisata yang memiliki koleksi flora dan atau fauna yang masih hidup.

PELESTARIAN FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA
Indonesia memiliki banyak kawasan yang dilindungi dalam bentuk suaka alam. Kawasan suaka alam diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa hutan suaka alam mencakup kawasan huitan yang  karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus bagi perlindungan alam hayati dan manfaat-manfaat lainnya. Kawasan tersebut terdiri atas Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa.
Cagar Alam adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi tumbuhan dan lingkungannya agar dapat tumbuh secara alami.
Suaka Marga Satwa adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi dan melestarikan berbagai jenis hewan agar terhindar dari kepunahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar